Pendahuluan
Fungsi Planning dalam perusahaan (manufacture)
dijalankan oleh bagian PPIC ( Production Planning and Inventory Control ).
Disamping memiliki fungsi production planning, PPIC juga memiliki peranan dalam
manajemen Inventory.
Inventory atau barang persediaan merupakan
aset perusahaan yang berupa persediaan bahan baku/raw material, barang-barang
sedang dalam proses produksi, dan barang-barang yang dimiliki untuk dijual.
Karena inventory disimpan di gudang,
maka manajemen inventory dan gudang
sangat berkaitan. Pergudangan sendiri adalah kesatuan komponen di dalam Supplay
Chain Product. Gudang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan barang, sampai digunakan dalam proses produksi. Fungsi penyimpanan ini sering disebut ruang
persediaan, gudang bahan baku, dll. Perusahaan besar atau kecil, untuk
pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biaya penyimpanan
ini setiap tahun umumnya mencapai sekitar 20 – 40% dari harga barang (Indrajit,
R,E., Djokopranoto,R., Manajemen Persediaan, 2003, Gramedia, hal.3). Untuk itu
diperlukan strategi atau manajemen inventory yang baik agar biaya persediaan
optimum.
Dalam Struktur Organisasi ada beberapa variasi untuk mempertegas fungsi Planning dan Gudang
(material warehouse dan Final Product warehouse), untuk kondisi seperti ini, PPIC bertanggung jawab
pada Monitoring Persediaan ( Safety
Stock, Mengeluarkan Bill of Material, akurasi data inventory, efektivitas
sistem informasi ).
Sedangkan aktivitas pergudangan, seperti; 1)
Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman raw material ke bagian processing, 2)
Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman final product ke Customer, 3)
Mengoperasikan Sistem informasi, Umumnya dibawah kendali Head Ware House setingkat Supervisor atau
Manager, disesuaikan dengan Lingkup tanggung jawabnya.
Production Planning Control
Tugas umum dari PPIC adalah menerima order
dari bagian Penjualan ( Sales/marketing
) lalu memastikan order ini selesai dan dikirim ke customer pada waktu yang
sudah disepakati. Simple bukan ?
Tidak sesimple definisinya, fungsi PPIC berkaitan erat dengan fungsi Marketing,
Purchasing, dan Produksi. Disamping itu Informasi mengenai level of raw
material, Work In Process (WIP), Final Product, dan data stock opname untuk bagian Finance terutama dalam
pembuatan laporan keuangan perusahaan juga termasuk dalam tanggung jawab PPIC. Beberapa perusahaan memiliki gaya manajemen production planning yang tampak
berbeda secara teknis, tapi secara umum fungsi ini tidak jauh berbeda. Situasi
Market menuntut produsen mampu menerapkan strategi operasi yang paling tepat.
Salah satu contohnya, untuk menekan biaya penyimpanan, customer menuntut
produsen menerapkan model produksi make to order, dengan variasi item product
yang tinggi dan pemesanan dalam quantity kecil. Faktor ini akan sangat
mempengaruhi model system planning di perusahaan tersebut.
Saya
mengajak anda untuk mendalami peran PPIC secara spesifik. Ada cerita yang dapat
menjelaskan pola ini. Kami memiliki model produksi MTO, dengan market Jepang
sebagai salah satu "potensial market" , pola order barang dari sisi
Customer/Distributor Jepang sangat menarik. Saat barang datang di pelabuhan,
kontainer langsung didistribusikan ke Customer mereka. Jadi produk kami tidak
perlu dikeluarkan dari kontainer. Distributor ini sudah memasukkan jadwal
kedatangan atau bongkar muat saat sampai di Pelabuhan di sana, jadi mereka tidak
memerlukan gudang perantara untuk menyimpan. Tidak hanya ini, biasanya pola MTO
ini diikuti oleh variasi product yang sangat tinggi dalam Lot-lot order yang
kecil, yang dalam prakteknya akan membuat
aktivitas produksi menjadi lebih sulit dan berpotensi menaikkan cost.
Case
seperti diatas menununjukkan begitu sulit bagi Manufacture untuk mengendalikan
customer. Bermain di “ceruk” yang ketat, kita tidak boleh hanya berbicara
function, tapi aspek-aspek lain yang dimiliki product akan menjadi nilai
tambah, dalam memenangkan persaingan. Jika anda seorang praktisi PPIC yang
familiar dengan proses Make To order (MTO), memiliki variasi item produk sangat
tinggi, dan menerima order dalam lot-lot kecil, model order seperti ini biasanya
sangat merepotkan, terutama dalam tahap realisasi product. Entah ini kebetulan
atau tidak, kondisi ini menjadi semacam bumerang bagi proses manufacturing
secara keseluruhan. Salah satu problem internal terbesar manufacture kita yaitu
fleksibilitas yang rendah, kemampuan bagian produksi dalam mengikuti strategi
marketing kadang masih sangat kurang. Untuk itu PPIC bertanggung jawab
dalam menentukan dan mengevaluasi sistem produksi, apakah harus dilakukan
secara manual atau menggunakan software
dalam mengelolanya, mutlak sistem ini ada di bawah tanggung jawab PPIC. Terkadang,
lemahnya pemahaman dan kesadaran leader-leader produksi akan hal ini
menyebabkan sering adanya konflik internal antara PPIC dan Produksi. Saya
ibaratkan hubungan PPIC dengan bagian
produksi ibarat “Tom and Jerry”. Meskipun tidak menutup kemungkinan, dengan
pertimbangan tertentu seperti fleksibilitas perubahan arah produksi, supplay
material, dan distribusi data, antara PPIC dan Produksi berada dalam satu atap
atau Divisi Operasional. Masing-masing dipimpin oleh Level Manager. Dari contoh
case yang pernah saya temui di lapangan, model seperti ini memerlukan sosok
Operasional Manager dengan leadership &
knowledge yang sangat kuat, jika tidak akan terjadi over lapping Job, batas tanggung jawab yang tidak clear, dan
yang paling bahaya yaitu konsesi-konsesi atau kesepakatan negatif yang berpengaruh pada mundurnya schedulle
delivery dan konsumsi material yang relatif tinggi.
PPIC
bukanlah robot, yang hanya menjalankan aktivitas sesuai prosedure yang berlaku.
Tetapi secara Tim, PPIC berisi sekumpulan orang dengan qualifikasi dasar
di antaranya, memiliki sifat pembelajar/learning people, memiliki analitycal
skill, dan Sistematis. Jadi tidak hanya menjalankan sistem yang sudah ada,
tetapi lebih pada memastikan sistem yang dijalankan efektif atau istilah saya
"Rule Maker".
Design Planning dan Inventory Control
Peran Sistem Informasi dalam aktivitas
production planning sangat besar, begitu besarnya sampai saya berani jamin,
tanpa bantuan software, aktivitas planning tidak akan optimal. Planning tidak
hanya mengerjakan masalah perencanaan saja, tapi terkait dengan manajemen
inventory. Otomatis Planning harus memiliki Link dengan Sistem Purchasing dan
Warehouse secara real time dan up date. Ini masih dalam scope inventory, belum
termasuk aktivitas pengawasan proses produksi. Setiap perubahan dalam proses
yang terkait dengan Penjadwalan ulang (reschedulling), Pembuatan ulang
(Remake), Permintaan tambahan material, dll, pastinya akan mempengaruhi alokasi kapasitas dan seluruh penjadwalan. Pertanyaannya, mungkinkah Ms. Excel
melakukannya? Jika yang saya masuk sinkronisasi, yang saya tahu, jawabannya
adalah “tidak mungkin”. Excel hanya bisa mengerjakannya secara terpisah dan
sangat tergantung pada operator untuk melakukan rangkaian update.
SAP for Manufacture
Untuk lebih jelasnya berikut saya sampaikan lingkup kerja PPIC :
Registrasi
New Item dan Material
Setiap Item Product harus memiliki Item Code.
Begitu pula Setiap material dan supporting material yang digunakan sekecil
apapun harus tercoding. Ada dua jenis
material, pertama Raw material, yaitu seluruh material yang digunakan dalam
proses pembentukan produk, dan kedua yaitu Supporting material, yaitu material
pembantu, yang digunakan untuk melengkapi unit Final product, seperti plastic
packaging, sticker, cartoon box, kertas label, dll.
Code
untuk Registrasi ini berupa urutan numerik/angka. Kode numerik digunakan agar
dapat terbaca oleh sistem. Dalam perkembangannya, untuk mempermudah input data, kode angka dikonversi lagi
ke dalam barcode, sehingga proses input
menggunakan scanner. Selain untuk mempercepat waktu iniput, proses scanning menghasilkan data yang sangat akurat dengan
tingkat human error sangat rendah.
Item-item baru biasanya didapat dari bagian R&D, setelah melalui uji coba
dan berhasil, setelah di verifikasi oleh Quality Control (QC), produk baru
harus diregistrasi oleh PPIC lengkap dengan
komponen penyusun dan formulasi
per unit produk ( Material Requirement Planning/MRP )
Logic Regristasi item
Pengelolaan Inventory atau barang
persediaan
Barang persediaan terdiri dari : 1) Material
dan Supporting Material, 2) Work In Process (WIP), dan 3) Final Product.
Material dan Supporting Material
(M&SM). Ada dua hal yang harus
selalu diperhatikan untuk pengadaannya, yaitu; 1) M&SM tanpa melihat order customer , 2)
M&SM berdasarkan order customer.
Dengan pertimbangan minimalisir biaya pengadaan dan buffer, memiliki stock
M&SM dalam batas optimum dengan beberapa metode peramalan memberikan
jaminan akan kelancaran proses ( fluently production process ). Namun
tidak menutup kemungkinan adanya emergency
order atau order spesial sehingga
menyebabkan keluarnya Bill of material (BOM) setelah kedatangan order customer
atau setelah arrange order ( master
production schedulle/MPS )
Work In Process ( WIP ). Kondisi ideal,
tahapan process dari satu station ke station lainnya berlangsung secara
continue. Namun ada beberapa proses memerlukan pengelolaan khusus,
akibatnya produksi terbagi kedalam beberapa divisi berdasarkan
proses. Pergeseran barang ½ jadi terkadang tidak bisa sempurna atau satu banding satu. Karena aspek
kerumitan dan ongkos pengerjaan yang ekonomis, produk dari Divisi A yang
menjadi bahan baku untuk proses di divisi B, terkadang tidak
dibuat pas atau sesuai dengan order customer, mempertimbangkan aspek
yang saya sebut sebelumnya, quantity yang diproduksi kadang berlebih. Inilah
yang disebut WIP, bagian PPIC
bertanggung jawab penuh dalam mengendalikan
barang persediaan jenis ini. Peranan Sistem Informasi dan penerapan
logic proses yang tepat dapat menjamin
pengendalian WIP. PPIC akan selalu dapat memantau progress produksi di semua tahapan proses.
Final Product. Barang persediaan jenis ini
relatif lebih mudah dikendalikan,
karena posisinya sudah di tahap akhir, dengan
manajemen ware house yang baik, pengendalian final product bisa dilakukan
dengan baik. Poinnya, PPIC harus secara real time dan up to date dalam menerima
informasi mengenai final product siap dikirim ke customer.
Logic Inventory
Planning
dan Monitoring Proses Produksi
Mari
memasuki intinya. PPIC menjadi semacam
Conection point dan Gate, antara dunia luar
dan Internal perusahaan dalam
konteks realisasi produk. PPIC harus memberikan informasi yang akurat
mengenai proses internal ke Sales/Marketing, untuk diteruskan ke Customer. Sama
dengan dikehidupan sehari-hari, misal kita di posisi customer, mau beli
Gado-gado, kalo penjualnya lambat dan gak jelas kapan selesainya, setiap
ditanya jawabannya tidak tahu atau berulangkali
sampaikan,”maaf saya cek dulu”, hampir tidak ada kepastian kapan
selesainya dan berapa banyak yang bisa diselesaikan. Ini baru masalah gado-gado
lho ya. Dalam sebuah industri, bisa saja final product perusahaan kita menjadi
material bagi industri lainnya. Misal
Industri kancing dan resleting menjadi material bagi industri Garment. Inilah salah satu konsep dari “customer
satisfaction” . Customer tidak bisa melihat langsung ke dalam “dapur”
anda, tapi bagaimana meresponse datangnya order, akan memberikan
gambaran seberapa kuat kemampuan manufacturing perusahaan anda. Disinilah vitalnya peranan PPIC dan Sistem
Informasi dalam proses planning dan
monitoring .
Tahapan dalam planning dan monitoring proses
produksi
Arrange Order
Ini
merupakan tahap awal dari planning, yaitu menerima order dari Sales.
Order ini bisa berupa direct order dari
customer, atau pembuatan stock untuk
buffer saat peak season. Kombinasi Make To order (MTO) dan Make To Stock (MTS).
Beberapa perusahaan menyebutnya Schedulling Rencana induk atau pembuatan Master
Planning Schedule (MPS). Schedulling ini masih belum detail, masih bersifat
global dan memiliki periode yang panjang 3 – 6 bulan. Data-data di MPS sangat
penting untuk memberikan informasi ke bagian produksi untuk mempersiapkan
resourcesnya, dan ke bagian purchasing
untuk mempersiapkan material.
Meski masih didalam scope PPIC, beberapa
perusahaan yang sudah terintegrasi sistem informasinya, memberikan tugas input
arrange order ke bagian sales. Lho koq bisa…. Inilah keunggulan penerapan sistem informasi yang
integral. Purchase order dari Customer,
langsung diinput oleh sales, dan “real time” langsung masuk kedalam Master Planning Schedulle. Bayangkan tinggal 1 klik saja, sistem sudah melakukan
arrange order secara automatis. Bagaimana melakukannya ?
Konsep dasarnya sebagai berikut. Dasar dari
konsep ini, yaitu menyerahkan pekerjaan reguler pada sistem. Karena logika
manusia sulit untuk mengolah informasi yang begitu banyak dan dalam waktu
singkat, sistem menggunakan logika
machine, meski masih di back up dengan proses manual operator. Ada beberapa
parameter yang harus terpenuhi :
1.
Sistem memiliki data base mengenai sistem Grouping, yaitu menyatukan
item produk yang melalui jalur proses yang sama, ibaratnya anda harus memiliki
jalur seperti rel kereta api, untuk jelasnya saya sudah menulis detail teknisnya dalam artikel di link ini :
http://www.dedylondong.blogspot.com/2012/01/bagaimana-cara-menentukan-lead-time.html
. Sebanyak apapun variasi produk yang anda miliki, produksi sudah terbagi
kedalam line-line / jalur imaginer, yang dapat teridentifikasi oleh sistem.
2.
Informasi ( data base ) mengenai capasitas setiap line produksi
3.
Informasi ( data base ) mengenai
lead time setiap line produksi
4.
Informasi (data base )stock
material
Dengan melihat sistem, PPIC secara manual
dapat memperkirakan keamanan suplay material yang dieprlukan, dan segera
membuka Purchase order jika dieprkirakan material tidak mencukupi. Input data
Bill of material (BOM), memiliki menu
tersendiri, sehingga data base yang tersedia tidak hanya kondisi aktual stock
real time, tetapi progressnya, mulai dari status : 1) purchase order
(pembelian), 2) Arrive status ( tanggal kedatangan ). Informasi ini progress ini sangat penting, karena sistem hanya bisa melakukan alokasi order , jika
status seluruh component material lokasinya sudah di factory.
Logic Arrange Order
Contoh Display Menu Arrange Order (
Ilustrasi Penulis )
Alokasi
& Monitoring Order
Setelah PO
Customer ter input kedalam database, secara real time sistem
menginformasikan pada PPIC estimasi
schedulling dan status component material. Seperti yang saya sampaikan data
dalam Arrange order masih sangat kasar dan belum bisa dibaca oleh bagian
processing. Perusahaan yang terdiri dari
beberapa divisi-divisi yang saling tergantung ( dependent) memiliki kode-kode Gruping yang
berbeda-beda. Semakin mendekati proses akhir, pembagian grup/ Line ini semakin
terpecah semakin banyak. Disinilah pentingnya PPIC memahami total alur proses
realisasi produk.
Alokasi order bertujuan untuk membagi Item
yang diorder kedalam tahapan-tahapan proses mulai awal sampai delivery. Berbeda dengan arrange order,
alokasi order biasanya memiliki periode schedulling yang lebih pendek, yaitu
sekitar 2 – 4 minggu , kecuali jika suatu Line benar-benar mendapat order yang kapasitasnya melebihi dari 30 hari ( tentunya ketentuan ini bervariasi
disetiap perusahaan ). Tidak semua item dimulai dari proses awal, inilah
pentingnya database WIP, beberapa komponen-komponen pendukung reguler juga distock dalam batas optimal di
masing-masing divisi. Sistem memberikan pergerakan barang persediaan diseluruh
tahapan.
Istilah lain dari Alokasi Order yaitu
Dispatching, aktivitas pengeluaran work order/perintah kerja pada bagian
produksi terkait. Item-item produk yang
ter-alokasi berarti sudah memiliki
raw material yang complete. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan alokasi & Monitoring order :
1)
PPIC memastikan kesiapan capasitas produksi, biasanya untuk order-order
dengan kapasitas yang melebihi, jika masih berada direntang capasitas produksi
yang disepakati, dan sudah terinput ke dalam database, asumsi yang digunakan
yaitu bagian produksi setuju berapapun jumlah order yang diturunkan selama tidak melebihi
capasity. Sistem Line memberikan fleksibilitas tinggi. Anda pernah melewati
jalur puncak-Bogor ? Anda pernah mendengar sistem Buka Tutup jalur ? Konsepnya
seperti ini, dengan menerapkan sistem line, PPIC dapat menerapkan sistem
buka-tutup, menambah kapasitas di line tertentu, dengan terlebih dahulu
mengurangi atau bahkan menutup line lainnya, tentunya dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan produksi, terutama perihal capasitas mesin dan
ketersediaan personel.
2)
Mengkomunikasikan ke bagian Sales, untuk diteruskan ke Customer, jika
karena sesuatu hal, harus dilakukan schedule yang berbeda, terutama jika terjadi percepatan dan
perlambatan penyelesaian.
3)
Melakukan response yang cepat jika terjadi masalah yang menyebabkan
keterlambatan, denan mengambil option re-Schedulling atau mengontrol Delay.
4)
Memastikan order yang sudah
ter-alokasi ( dalam sistem) ter-Print out agar bisa dikerjakan oleh bagian
produksi. Ini sangat penting, karena
print out Work order menjadi
dasar bagi personel di lantai produksi. Untuk itu Work Order harus memberikan
Informasi-informasi penting terkait : 1) Nama item product, 2) Component
Material, 3) Code numeric atau Barcode, 4) Quantity, 5) Tanggal mulai produksi
( start date ) , 6) Tanggal target selesai ( Finish Date), 7) Info lain terkait
dengan Spesifikasi produt ( warna,
dimensi, dll ), 8) No. Regristasi Customer Order, 9) No. Regristasi Work Order,
10) Identifikasi untuk mampu telusur proses. Konsep yang saya sampaikan ini
biasa disebut dengan “ KANBAN” dibeberapa perusahaan Jepang. Tidak hanya
informasi diatas, penerapan sistem Kanban menuntut adanya standarisasi
tempat-tempat penyimpanan. Misal, product dalam sebuah Box berisi maksimal 400
pcs, jika order dari customer untuk item
ini totalnya 1000 pcs, maka Work Instruction
Sheet/Kartu kanban terpecah menjadi 3 sheet. Berturut-turut memiliki
quantity 400, 400, 200 pcs/sheet. Dengan masing-masing sheet memiliki No. Regrestasi sendiri ( angka dan barcode), dalam prosesnya,
Shet-sheet ini selalu mengikuti pergerakan produk. Sepintas memang terlihat
boros kertas, tapi melihat akurasi dan kemudahan dalam processingnya, saya
pikir masih jauh lebih besar manfaatnya. Saya rekomendasikan sistem ini untuk
anda terapkan.
Kartu Kanban
5)
Melakukan monitoring terhadap
progress di setiap stasiun kerja (work station). Delay di satu station akan mempengaruhi ketepatan waktu station didepannya. Jika
benar-benar ini terjadi, PPIC harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan koordinasi dengan bagian-bagian
terkait untuk mendapatkan solusinya.
6)
System bersifat Close Loop atau siklus tertutup, untuk setiap Perintah
kerja / Work Instruction, progress dan Resultnya harus dapat dimonitor sehingga menjadi informasi balik yang akurat untuk seluruh bagian terkait (
glass wall management ), mulai dari Sales, PPIC, bagian Operation, dan
Management.
Logic Alokasi Order
Display Menu Alokasi Order (Ilustrasi
Penulis)
Penutup
Sepanjang karir saya dalam industri
manufacture, PPIC merupakan bagian yang sangat unik.JIka melihat personel HRD,
Finance, Produksi, Engineering, GA, Logistic, Continous Improvement (CI), dan
QC, mereka ini memiliki basic knowledge yang bisa terpakai jika diterapkan di
perusahaan yang bergerak dalam industri berbeda. Dengan tingkat adaptasi relatif lebih mudah, orang-orang yang berada
dalam spesialisasi yang saya sebut diatas tingkat perputarannya relatif tinggi, apalagi bagian
HRD bsia saya sebut luar biasa tinggi.
Berbeda kondisinya dengan PPIC ( dan R&D),
basic knowledge tidak banyak membantu jika orang-orang ini berpindah kerja di
indsutri dengan bidang dan model operasi yang berbeda. Tidak bisa 'Copy Paste'.
Mereka seperti mulai dari awal dalam memahami total system yang berkaitan
dengan Produksi, Logistic, Marketing,
bahkan Finance. Barangkali tiga fungsi yang saya sebut terakhir relatif mudah,
namun system produksi memerlukan pemahaman yang sangat tinggi. Karena
pengetahuan dan pemahaman terhadap keempat system ini merupakan basic knowledge
saat memasuki perusahaan yang baru, ini saya asumsikan anda tidak memiliki
masalah dalam komunikasi dan interpersonal saat masuk dalam organisasi
perusahaan yang baru lho ya. melihat situasi ini, saya sangat maklum jika
perpindahan orang PPIC ke perusahaan lain
biasanya berada dalam bidang yang sejenis atau mirip, akan lebih safe.
Dan saya sangat kagum plus Salut bagi anda, yang berani keluar dan mencoba
memasuki bidang industri yang berbeda.
Berikut 3 Tips dasar bagi PPIC Leader ( Chief atau Manager level )
agar sukses dalam industri manufacture :
1.
Memahami seluruh prosedure operasional terkait dengan produksi, inventory,
logistic, marketing. Tidak hanya tekstual, tetapi kondisi actual wajib untuk
dipahami. Knowledge ini akan sangat berguna dalam menganalisa permasalahan yang
melibatkan beberapa bagian. Pemahaman mutlak akan prosedure menjamin rasa hormat personel dari bagian
lain.
2.
Memahami proses produksi dengan aktual & detail. Jika anda berfikir, bisa
memahaminya dengan hanya mempelajari flowchart, Instruksi kerja, SOP, dll. Ini
masih sangat kurang, Pemahaman anda sebagai orang PPIC harus sama baiknya
dengan skill & knowledge Supervisor dan Manager Produksi bahkan lebih
baik, jika PPIC berperan sebagai 'Rule Maker' .
3.
Positioning yang jelas dan tepat. PPIC bukanlah perpanjangan tangan Produksi
dan Marketing. Untuk itu dengan dilandasi dua poin diatas, PPIC harus berada di
posisi yang proporsional, dengan fokus pada target utama, yaitu ketepatan
Delivery dan Stabilitas Capasitas Produksi.
Saya
sadar sepenuhnya artikel ini bukanlah sebuah manual book yang berisi ratusan
halaman tentang detail alur proses, prosedure, sistem informasi, dll. Sulit
bagi saya untuk mentransfer secara lengkap ke dalam format tulisan yang singkat
ini. Karena setiap manufacture memiliki model production planning yang
(sedikit) berbeda, maka artikel dapat berperan sebagai kondsep dasar dan cara
berpikir. Tentunya masih banyak aspek yang bisa dikembangkan dalam mensupport
manufacture dalam memenuhi kepuasan pelanggan dari sisi realisasi product.
Akhir kata, ditengah berbagai kekurangan,
semoga artikel ini memberikan manfaat
bagi rekan-rekan dalam membangun sistem Production Planning dan Inventory.
Sehingga, untuk kedepannya, perusahaan anda memiliki grand desain sistem
production planning dan inventory yang terintegrasi dengan sistem IT yang mudah
dipahami, efektif, akurat, update dan mampu menyajikan informasi secara real
time.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar